MENUMBUHKAN BUDAYA BACA DAN MENINGKATKAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN
Jakarta, 12 Oktober, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal ini Badan Litbang dan Biro Komunikasi dan layanan masyarakat menyelenggarakan pertemuan dengnan Tajuk “KOPI DARAT dengan Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat” dengan topik “Menumbuhkan Budaya Baca dan Mengantisipasi Perubahan Manajemen Perpustakaan”. Acara ini berlangsung , Rabu, 12 Oktopber 2016 di Gedung C lantai 3 Kemdikbud, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta.
Dalam kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Direktur Pengembangan Sekolah Menengah Pertama Dr. Supriano,M.Ed yang sekaligus juga sebagai salah satu narasumber. Dalam kesempatan tersebut, Supriano mengatakan membaca 15 menit sebelum pelajaran sekolah melalui Permendikbud 23/2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti efektif meningkatkan budaya baca.
"Saya melihat dan menilai seluruh sekolah yang saya kunjungi antusias menjalankan program membaca 15 menit tersebut. Jadi kami berharap dengan pembiasaan ini dapat menjadi budaya baca masyarakat," ujar Supriano dalam diskusi "Menumbuhkan Budaya Baca dan Meningkatkan Manajemen Perpustakaan", yang diselenggarakan ACDP dan USAID Prioritas.
Dia menjelaskan upaya pemerintah melalui Kemdikbud dalam menggerakan minat baca siswa di sekolah berjalan cukup baik dan efektif.
Terkait adanya temuan yang mengacu pada "Progress in Internasional Reading Literacy Study" (PIRLS) bahwa Indonesia merupakan negara yang dinilai masih rendah dalam uji ketrampilan membaca di tingkat internasional, Supriano menyatakan hal tersebut dapat menjadi referensi untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
Namun ia mengajak masyarakat agar tetap optimistis bahwa minat dan budaya baca masyarakat Indonesia akan terus tumbuh dengan baik.
Ia berpendapat kegemaran membaca masyakat melalui aplikasi WhatsApp (WA) sebenarnya bisa menjadi sarana menumbuhkan minat baca dalam sisi berbeda.
"Selama tiga tahun ini hasil penelitian kemajuan teknologi membuktikan tingginya minat baca masyarakat kita kendati dari aplikasi teknologi WA," selorohnya.
Guna menggenjot minat baca siswa, Supriano menyontohkan pihaknya telah membentuk sekolah tingkat SMP Rujukan pada tingkat kabupaten dan kota. Dijelaskan, sebanyak 514 SMP Rujukan itu difasilitasi laboratorium komputer yang akan menjadi pusat pembelajaran.
"Sekolah rujukan ini akan membina sekolah di sekitarnya dan memiliki perpustakaan digital sekaligus memberikan akses minat dan budaya membaca," kata Supriano.
Berdasarkan data Dapodik Kemdikbud 2016, sebanyak 74.552 dari 213.811 sekolah di Indonesia belum memiliki perpustakaan.
Penyebabnya karena tidak memiliki lahan dan belum mengajukan permintaan atau proposal.
Meski begitu, kegiatan membaca 15 menit sebelum pelajaran, ungkap Supriano, tidak menjadi kendala bagi sekolah yang belum memiliki perpustakaan. Pasalnya para siswa dapat membaca buku apa saja termasuk majalah, koran, dan lain lain dalam kegiatan tersebut.
Program Literasi Kab.Sidrap,Sulsel Salah Satu Yang terbaik
Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan menjadi salah satu kabupaten dengan peningkatan literasi terbaik di Indonesia, khususnya pelajar.
Lantaran dianggap baik dalam hal literasi, salah satu kepala sekolah di Sidrap diundang menjadi pembicara pada Kopi Darat Pendidikan.
Kepala Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Allakuang, Kab.Sidrap, Sulawesi Selatan, M Basri, mengemukakan kendati sekolahnya belum memiliki perpustakaan pihaknya menerapkan pelaksanaan gerakan membaca 15 menit kepada siswa yang setiap bulannya siswa dapat membaca sebanyak 8-12 buku per kelas sesuai jenjang kelas.
Pada setiap hari Sabtu sekolahnya mewajibkan seluruh siswa menceritakan kembali buku-buku yang dibaca tersebut melalui cerita dan tulisan.
"Program 15 menit membaca mendekatkan buku setiap anak di kelas dengan didampingi guru bahkan orang tua mereka yang hadir di sekolah," ujar Basri yang turut didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sidrap Nur Kana’ah.
Menyediakan dan memperbarui buku-buku bacaan, menurut Basri adalah bagian terpenting untuk menumbuhkan minat membaca siswa.
Dia membuat beberapa cara untuk menyediakan buku-buku bacaan yang menarik untuk siswanya. Diantaranya membeli dengan dana BOS, menghubungi alumni untuk menyumbang buku bacaan, memanfaatkan dana alokasi umum (DAK) dari APBD dan upaya lainnya.
”Dengan buku-buku yang selalu diperbarui, ketertarikan siswa untuk membaca menjadi meningkat,” katanya lagi.
Menurut M Basri, selama enam bulan ada dorongan perubahan karakter secara positif, yakni para siswa di kelas yang gemar berkelahi menjadi berkurang.
"Indikator lainnya, anak-anak kami diundang berlomba membaca cepat estafet di provinsi dan menjuarai lomba tersebut," kata Basri.(Gs).